Kamis, 02 Oktober 2008

Pengalamanku di Kauman

Beberapa minggu yang lalu, saya beserta teman2 diajak untuk meruang di
Sungguh saat itu adalah pengalaman pertama saya di sana, jadi sebelumnya saya tidak pernah merasakan "atmosfir" daerah itu sebelumnya
Setiba di sana saya merasakan sebuah ketenangan... Maklum, mungkin warga di sana lagi tidur siang, karena kami tiba kesiangan^^
Namun suasana tenang tetap terasa di hati saya ketika kami memasuki daerah itu
Sebuah pemandangan yang membuat mata saya terkejut, karena melihat bangunan2 tua yang ada di sana berjejer menemani langkah kaki kami
Bangunan2 yang sekiranya telah ada semenjak abad ke-18, mungkin juga jauh sebelumnya
Memang saya melihat banyak bangunan yang sudah "tersentuh" gaya masa kini, namun semua itu sekiranya wajar karena bangunan2 di sana sudah termakan usia
Mungkin di sana adalah sebuah pemukiman orang-orang muslim, jadi banyak yang harus saya tahan ketika saya berada di sana, haus memang, tapi saya berusaha tetap menjaga diri saya dan menghormati mereka yang sedang beribadah puasa
Tapi semua itu terbayar dengan pandangan2 untuk mata saya dan ramahnya penduduk sekitar.

Sewaktu saya memasuki gang2 jalan di sana, terasa dengan saya sebuah rasa kekeluargaan dan gotong royongnya orang-orang Indonesia.
Memang agak sempit, tapi sekiranya saya mengerti bahwa sekiranya warga di sana hidup berdampingan secara kekeluargaan, karena saya juga banyak melihat hampir seluruh, bahkan mungkin rumah-rumah di sana dibangun tanpa jarak atau spasi dengan tetangga di sebelahnya
Itu berarti satu... Sulit dipisahkan, bahwa manusia itu tidak bisa hidup sendiri, harus ada manusia lain di sampingnya
Semua kesulitan bisa dibantu oleh tetangga sebelah ataupun tetangga yang rumahnya dekat dari rumah warga yang mendapat kesulitan
Tapi dari itu semua, ada yang tidak enaknya juga sih...
Ya, mau ndak mau, di sana orang berkelahi di dalam rumah nggak boleh teriak-teriak, soalnya nanti malu sama tetangga sebelah, itu makanya kalau marah pengen teriak di sana mungkin harus mikir2 dulu mungkin ya???
Mungkin marahnya dibisikkan aja sama yang kena marah^^
Tapi juga ketika terjadi musibah kebakaran atau yang lainnya, mungkin lebih berat karena api bisa menjalar cepat ke perumahan warga dan akses untuk kita yang ingin mengamankan diri juga lebih sulit karena jalur yang tersedia cukup sempit
Ya...
Tapi, setelah saya menelusuri gang tersebut sampai habis, saya ternyata menemukan satu pemandangan yang menarik lagi
Ternyata ada sebuah Mesjid di akhir gang tersebut, sebuah Mesjid Agung yang saya kira cukup untuk menampung warga di sana mungkin
Wow!!!
Saya merasa dan menyimpulkan bahwa: Ternyata mereka semua membuat jalur pertemuan akhir mereka berpatokan ke Mesjid
Sungguh luar biasa!!! Membuat rumah di sekitar Mesjid sehingga sepertinya mereka semua hanya punya sebuah pusat yaitu Mesjid
Semua jalan yang menuju keluar sepertinya berpusat di Mesjid
Mereka bisa keluar dengan membelakangi mesjid, namun ketika mereka memasuki perumahan, ada satu tujuan yang menjadi pusatnya yaitu Mesjid
Sebuah jalan menuju rumah Allah-nya, sebuah arti kehidupan mereka yang mereka pusatkan pada Allah
Dan membangun rumah di sekitar Mesjid sampai ke arah pinggir jalan, seolah-olah mereka ingin melindungi apa yang mereka cintai dan apa yang mereka patuhi
Wow!!!
Itu yang saya tangkap di sana, mereka membuat jalur mereka yang berpusat pada Mesjid dan membuat perumahan mereka di sekitarnya
Sungguh sebuah contoh teladan untuk kita semua, sebuah rasa kekeluargaan yang tak lepas juga dari Tuhan Allah

Ya, itulah yang dapat saya rasakan selain mungkin ketenangan dan suasana jaman dulu yang membuat kita "flashback" ke masa lampau
Namun tetap ada kekurangannya yaitu jalan yang cukup sempit jika didatangi orang ramai dan bangunan2 yang cukup tinggi yang membuat kita seperti ditutupi

Itulah pengalaman yang dapat saya rasakan dan saya ceritakan pada anda semua yang membaca tulisan ini
Namun, jika ingin merasakan yang sesungguhnya...
Datang saja ke Kauman!!!


Thank's